Dismenorea
DISMENOREA PADA REMAJA
Dismenorea adalah nyeri haid dengan tingkat keparahan
yang dapat mengganggu kapasitas fungsional seorang perempuan dan merupakan
masalah yang umum terjadi pada remaja.
Nyeri biasanya dimulai bersama dengan
perdarahan awal dan berlangsung selama 48-72 jam. Dismenorea terjadi pada
remaja dengan prevalensi antara 43% hingga 93%. Sedangkan, angka kejadian
endometriosis pada remaja dengan nyeri panggul diperkirakan 25 – 38%.
Berdasarkan faktor yang mendasari kejadiannya, dismenorea dikelompokan menjad 2 yaitu
dismenorean primer dan dismenorea sekunder. Dismenorea primer terjadi pada
menars pertama kali saat terbentuknya siklus ovulator dan tidak terdeteksi
adanya kelainan yang mendasari, diperkirakan terjadi akibat kontraksi
miometrium yang diinduksi oleh faktor endometrium yang dihasilkan pada saat
menstruasi. Dismenorea sekunder terjadi pada perempuan yang awalnya mengalami
menstruasi tanpa rasa sakit dan biasanya terjadi akibat adanya kelainan panggul
misalkan nyeri panggul kronis. Akan tetapi jika dismenorea diklasifikasikan
berdasarkan keparahannya, maka dismenorea terbagi dalam 3 kelompok yaitu :
1. Dismmenorea ringan, terjadi pada 30% remaja putrid
dan hal ini dianggap sebagai nyeri tanpa gejala sistemik dan jarang
mempengaruhi aktivitas seseorang. Pada tahapan ini tidak diperlukan obat pereda
nyeri.
2. Dismenorea sedang, dihubungkan dengan sedikit
gejala sistemik dan nyeri mempengaruhi aktivitas sehari – hari. Dismenorea ini
terjadi pada 21% remaja dan analgesic diperlukan untuk mengurangi nyeri,
sehingga gangguan aktivitas sehari – hari dapat diminimalisir.
3. Dismenorea berat, masalah ini terjadi pada 9%
remaja putrid yang mana terjadi nyeri dengan kram yang teradi terus menerus
disertai dengan masalah pencernaan atau geala sistemik lainnya, dengan gangguan
aktivitas yang sangat jelas dan gejala yang tidak dapat diredakan hanya dengan
mengkonsumsi analgesic.
Ada beberapa
masalah ginekologis yang dapat menyebabkan terjadinya dismenorea sekunder atau
nyeri panggul kronis seperti endometriosis, penyakit radang panggul kronis,
adenomiosis, stenosis serviks, mioma dan adanya alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR). Selain masalah ginekologis juga ada masalah non ginikologis yang dapat
menyebabkan dismenorea sekunder meliputi radang usus, Irritable Bowel Syndrome (IBS), sistitis interstitial, masalah
psikoseksual yang berhubungan dengan pelecehan seksual.
Penanganan dismenorea pada remaja lebih ditekankan pada
penanganan farmakologis atau non bedah. Hal ini dikarenakan tujuan dari pengobatan
adalah untuk mengurangi rasa sakit, menghentikan perkembangan penyakit dan
mempertahankan kesuburan. Obat anti inflamasi non steroid / OAINS untuk
menghambat sintesis prostaglandin adalah pilihan pertama pengobatan dismenorea
pada remaja. Jika tidak ada perbaikan tanda gejala setelah 3 siklus menstruasi,
terapi selanjutnya adalah terapi hormonal dengan pil kontrasepsi kombinasi
secara kontinyu, agonis GnRH, atau dengan progestin.
Comments
Post a Comment